Hai, aku tidak akan membahas mengenai hari raya Nyepi. Belakangan aku mendapat sebuah momen dimana kudapati diriku mulai berhenti sejenak, mempertanyakan beberapa hal, melihat sekitar dan berupaya melihat apa yang tidak terlihat.
Duduk menyepi di
sebuah taman di atas mall yang lumayan besar di Kawasan Beach Walk, Bali. Kulihat
lampu sangat terang disana, namun sangat gelap disekitar taman. Bahkan aku
tidak dapat melihat wajah pengunjung lain di sekitarku saat itu. Kudapati
diriku duduk sampai melihat banyak orang berjalan cepat dengan tas belanjaan.
Mencoba mengejar sesuatu, hingga kusadari tidak ada yang perlu dikejar.
Beberapa
pertanyaan random hadir seketika didalam momen tersebut dan beberapa momen
setelahnya.
Sejujurnya aku tidak terlalu paham dengan hubungan
pertemanan. Di masa sekarang dengan segala untung dan ruginya, kudapati diriku berupaya
memilah pertemanan yang semurni mungkin. Alih-alih mendapatkannya. Hanya
tersisa, hubungan pertemanan yang berupaya tidak merasa iri dengan posisi
kawannya, tidak merasa terasingkan dengan kehidupan keluarganya, atau sesederhana
tidak terusik dengan komentar mengenai gaya hidup.
Namun, kudapati ada satu kawanku yang lebih sering dari
sering masuk kedalam mimpiku. Bahkan saat aku sedang memiliki kekasih. Kurasa
tak wajar memimpikannya, bahkan disaat tak berpikir tentangnya. Berupaya
berpikir bahwa ini sekedar bunga tidur dimana tak ada makna didalamnya. Dan
lambat laun, kudapati mimpi-mimpiku mulai memberikan informasi sesuatu.
Kemudian kuputuskan untuk menyampaikannya.
Benang merah dari
sebuah hubungan. Yang lebih dekat dari pasangan dan saudara. Kudapati mungkin
terdapat sebuah karma, karma di masa lalu. Atau ada sebuah peran yang dituntut
satu sama lainnya. Kuakhiri dengan sebuah harapan tidak ada hal luar biasa
menakutkan setelahnya.
Beberapa kawan mungkin tahu, bahwa aku memiliki pasangan
yang telah kandas setelah hampir 4 tahun menjalaninya. Kini dua tahun lamanya.
Kudapati diriku terus mengingat ucapannya,”Butuh orang baru untuk melupakan
orang lama”. Dan tidak terjadi padaku saat ini.
Aku percaya apapun yang kubaca dan kuterima, baik dari media
sosial maupun bacaan sebuah buku. Biasa memberikan sebuah petuah dan pesan
tertentu. Aku mendapatkan sebuah pesan yang sering terngiang dan kudapati
diriku menenangkan hati dengan beberapa kalimat.
Tidak pernah
terjadi jika tidak harus terjadi; Tuhan menjauhkanmu dari hal-hal yang tidak
kau dengarkan dibelakangmu; dan sesuatu untukmu akan dengan mudah menemukanmu.
Maka, tenanglah hatiku dengan segala kesehatan dan keberlimpahanku.
(Ortu)
Apakah hanya anak manusia yang bisa durhaka? Apakah orang tua tidak?
Disaat semua orang merasa bahwa anak yang selalu durhaka,
namun bagaimana dengan orang tua yang selalu memberikan hal yang tidak sehat
kepada anaknya. Tidak mungkin tanpa penyebab. Takut deh ngobrol panjang tentang
topik ini.
Kusadari diriku selalu salah dengan apapun yang terjadi
bahkan jika bukan aku penyebabnya. Jika kudapati memiliki anak di masa depan,
maka akan sangat kuupayakan bahagia dirinya. Tidak takut berada dirumah,
bekerja sama bersama, tidak merasa takut disaat harus menyatap makanannya, dan
merasa bahwa rumah adalah tempat yang indah, juga menyejukkan hati. Bukan
sebaliknya.
Aku percaya untuk
selalu membimbing diriku dulu. Baru kucoba untuk membawa orang lain. Jika tak
percaya dengan situasinya, maka berupayalah menenangkan dirimu yang pertama. Baru
kemudian, diputuskan sisanya setelahnya.
(Diriku
Sendiri) Apakah aneh merasa asing diruang yang seharusnya menjadi dirimu
sendiri? Entah itu kantor, atau rumahmu.
Ada beberapa saat dimana momen selalu berpindah,
mengupayakan kerja sama tim antara bawahan, sejawat, dan juga atasan. Tidak
selalu mulus jalannya. Kebanyakan naik turun kisahnya. Hingga kudapati banyak
hal yang tak sejalan dengan keinginan, kehendak, atau harapanku.
Maka, tak apa menjadi asing. Sering dibuatkan situasi untuk
berlatih. Diri yang berbeda bukan berarti salah. Pasti terlihat aneh oleh orang
lainnya, namun belum tentu salah. Upayakan selalu menjadi semurni dirimu dengan
selalu mengusung kejujuran dan kebaikan hati. Tidak ada yang lain.
Bergerak melawan arus
ombak tentu melelahkan. Namun, terkadang nelayan perlu mengerakkan perahunya
melawan arah kan untuk satu dua tujuan? Menjadi asing bukan hal aneh terutama kau
dengan yakin memastikan apa yang kau inginkan. Memang kau yakini dengan benar.
(Diri
lama) Setelah sekian tahun ku berdiri sendiri dengan gaya hidup dan sekitarnya,
apakah ada yang perlu dikoreksi?
Hai, Asri. Terimakasih sudah membuat warisan sebanyak ini,
misalnya dari tulisan buku dan blog yang masih berkeliaran di websitemu. Aku
baru memulai hariku sejak kerja pertama kali tahun 2014, dan benar-benar berjalan
sendiri sejak 2015. Kurang lebih 10 tahun baru kujalani hidupku dengan
sebenar-benarnya.
Banyak yang berkomentar dangkal dengan melihat story saja
atau cuplikan fotoku di Instagram. Sekedar berkata,”kamu tidak berkembang,
temanmu cowok semua”. Semua yang kuterima seakan negative. Padahal tidak ada
yang tahu betapa merasa sendirinya dikelilingi para maskulin di sekitar. Tidak semua
mudah untuk bisa saling menerima. Tidak semua memilih berpindah dan hidup nyaman
di kota. Aku memilih tinggal di Timur Indonesia.
Kudapati diriku terus
belajar mengenai gaya hidup. Terus mengupayakan apa yang sehat dan tidak. Apa
yang ingin kucapai atau tidak. Sama seperti cita-citaku untuk tidak memberikan
PR di penerus kerjaanku, maka kupastikan diriku bisa membantu diriku sendiri
dihari tuaku.
(Diri baru)
Kini kusadari, tak ada pakem yang sempurna untuk menciptakan gaya kehidupanmu.
Namun hanyalah gaya hidup yang dipilih dan dipoleh dengan gaya sempurna oleh orang
banyak.
Semakin berjalan keluar dari zona nyaman. Melihat lokasi
lain, luar negeri dan dalam negeri. Tinggal lama di luar kampung halaman
menyebabkanku untuk dapat melihat banyak hal. Baik yang biasa maupun diluar
kebiasaan. Dan ini memberiku banyak referensi akan seperti apa kuhadapi diriku
dikemudian hari.
Sedikit lagi kudapati diriku akan menjajaki usia 33 tahun,
tanpa pasangan dan tanpa anak. Masih menginginkan seorang pasangan yang selalu
memilihku disetiap kesempatan. Tidak mempertimbangkan antara apa yang kumiliki
dan apa yang orang tuanya inginkan. Hanya tentang aku dan dirimu. Merasakan
indahnya dunia dengan segala rutinitas, hidup bebas bertanggung jawab, dan
(bonus) keluarga mini luar biasa dengan pengalaman expensive di masa
depan.
Aku terbangun di
satu hari libur di Kota Waingapu. Berupaya menyadari dimana diriku dan begitu
tenang hariku saat itu. Mencoba bersyukur dengan segala peran dan kondisiku.
Mencoba mengambil yang bisa kuselesaikan dan mengabaikan sisanya.
Pasrah bukan
berarti tidak berupaya. Aku hanya berupaya mencari tau apa yang sehat bagi
pikiran, hati, dan fisikku. Sesekali me-Nyepi untuk melihat sudah sejauh mana
dan bersama siapa, baik yang memberi pertumbuhan atau sekedar mengusik
hari-harimu.
Jangal lewatkan YouKnow What? Big Five! Hal-Hal yang sekiranya penting ga penting, namun tertuang
dalam tulisan tersebut. With love, Asri Vitaloka.