LANJUTAN "FIRST [2]"
Bahkan obrolan ringan disaat
duduk dipinggir jalan depan sebuah swalayan mini mengubah pola pikirku..
Di
tengah hiruk pikuk jalan raya yang penuh dengan mobil dan motor yang melintas,
aku duduk berdua disana dengan seseorang yang tak lain adalah saudaraku
sendiri. Namanya Yuda, dia sepupu aku dari Bali. Kebetulan, dia sekarang kuliah
di satu kampus dengan aku. Tidak seperti biasanya kami dapat ngobrol dengan
santai seperti hari itu.
Aku
menggangap dia hanyalah anak lelaki yang malas dan hanya mementingkan “waktu
bermain” untuk mengisi kesehariannya. Ternyata aku salah. Dia bahkan jauh lebih
dewasa dari yang aku duga.
Perbincangan
ringan ditemani dengan sebotol minuman bersoda dan rokok yang tersemat
dijarinya. Pembicaraan santai yang mengungkap banyak hal.
Menyadarkan aku, akan pentingnya sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih didepan..
Memberikan aku gambaran bahwa hidup tidak hanya sebatas bagaimana
memperoleh “nilai akademik” yang sempurna..
“Apakah
nilai B itu cukup rendah untuk seorang seperti mbok?”, tanya dia ditengah
perbincangan kami mengenai nilai di perkuliahan. “Ya”, jawabku rendah.
Aku
hanya dapat menjelaskan bahwa nilai adalah segalanya bagiku. Bahkan, aku
berusaha untuk mempercepat masa kuliahku dengan berusaha menyelesaikan sarjana
elektroku dengan 3,5 tahun saja. Aku terkadang binggung, apa yang dapat aku
berikan selain persembahan nilai-nilaiku. Aku sadar orang tua tidak terlalu
merisaukanku mengenai nilai yang aku raih. Tapi, menurut aku itu suatu
pertanggungjawaban terhadap masa kuliahku. Dan, kembali lagi seseorang
mematahkan pemikiranku.
“Apakah sesuatu kebiasaan dan kesempurnaan
didunia yang sempit itu bisa diterima begitu saja?”,ucapnya. Aku sedikit
tidak mengerti apa maksud dari pertanyaannya itu. Dia mengucapkan seperti itu
untuk menyadarkan aku akan tidak begitu pentingnya hal yang aku pertahankan
sekarang.
Ditengah
hiruk pikuk anak muda mencari jati dirinya, berusaha mencari kesenangan untuk
memuaskan dirinya, dan ditengah keadaan yang mengatakan,”nilai bukan lagi menjadi nilai penting”. Namun aku masih saja tetap
mempertahankannya.
Satu
kesalahan kecil yang dapat mengancam masa depan seseorang, yaitu diriku
sendiri. Berusaha untuk bermain aman dengan mempertahankan sesuatu yang
sempurna, kemudian melupakan hal kecil lain yang sesungguhnya jauh lebih
penting. Yaitu, membentuk duniaku.
Disanalah
aku berpikir. Dititik itulah ketakutan mulai menghantui dan akhirnya aku
memutuskan. Aku akan berubah.
Aku
tidak menyangka banyak sekali pemikiran yang simple, tapi tidak pernah terpikirkan oleh seorang Asri Vitaloka.
“Buat apa aku memikirkan nilai yang begitu perfect, tetapi menjadi anak yang
anti sosial dan kurang pergaulan”
“Ubah, pemikiran zaman dahulu yang tidak berguna di masa kini. Jangan
sampai mbok menyesal dikemudian hari dan akhirnya sadar bahwa kau telah
terlambat..”
Dia
pun berbicara panjang lebar mengenai teman-temannya. “Aku punya teman mbok,
disegala kalangan usia”,ucap Yuda diawal ceritanya.
“Seseorang
diantara mereka, ada yang sudah bekerja dan telah merasakan bagaimana masa
kuliah”.
“Lalu?”.
“Orang itu
sekarang berumur 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan. Dia berkata, disaat
seseorang sudah bekerja akan susah untuk mendapatkan waktu kesenangan. Di masa
kuliah adalah saat penting untuk kita memperoleh teman-teman”.
“Aku punya
banyak teman dikelas”.
“Tapi, apa
teman yang dekat? Aku sangsi mbok punya teman seperti sahabat. Apa bisa dengan
kuliah 3.5 tahun saja dan bertemu teman-teman yang selalu berubah di setiap
semester, bisa menjadi dekat?”
Aku pun hanya
terdiam. Aku tahu maksud dari ucapan terakhirnya dimana ada sebuah titik kecil
di luar sana yang jarang aku sentuh semenjak kecil. Dengan lingkungan keluarga
yang mem-protect aku begitu keras dan memperhatikan setiap detail pergaulanku.
Tapi, setiap situasi dan kondisi memiliki
kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan adalah menyesalinya dan
memanfaatkan situasi itu menjadi suatu kelebihannya serta dapat memaksimalkan
semua yang ada. Apa yang terjadi akan sangat spektakuler. Terlebih lagi seseorang
tidak pernah melupakan untuk mensyukuri apa yang telah didapatnya sekarang.
Kehidupan yang indahpun akan terbentuk dan memenuhi cerita hidupmu. <3
Bersambung...
No comments:
Post a Comment