Kami wanita, dengan beragam pilihan dalam hidupnya..
Sebuah percakapan sederhan di sebuah rumah makan menciptakan sebuah
pola pikir baru. Bahwa sesungguhnya dunia disekitarmu selalu memberikan cerita
yang berbeda. Lain tempat, lain waktu. Lain kisah, lain perasaan. Dan kini aku
tau sebuah perasaan seorang calon ibu. Aku kira aku tau. Atau aku hanya mengira
aku mengetahuinya, padahal sesungguhnya tidak.
“Maaf Ibu. Sesungguhnya aku tidak tahu perasaanmu tapi semua
berlaku seperti itu. Dan mungkin engkau kesepian, tapi aku rasa kau begitu
tabah!”, batin seseorang kala itu.
Perjalanan makan siang seorang
gadis di hari libur memberikan banyak cerita. Tanpa sadar, ia bertemu dengan
seorang wanita dengan jabatan tinggi di kantornya. Sebut saja beliau adalah Ibu
Cery. Pertemuan tanpa senggaja dan berlanjut menjadi sebuah percakapan ringan. Mengenai
pekerjaan, asal rumah, dan kegiatan diluar itu. Hingga akhirnya besar
keingginan si gadis untuk bertanya mengenai anak beliau.
“Berdua saja bapak dan ibu? Anaknya tidak ikut?”
Tanpa sadar si Ibu menjawab,”kami
berdua dulu pacaran dulu”. Dan si gadis masih berpikir bahwa si anak mungkin
sedang diluar atau tidak tinggal disini. Hingga beberapa menit kemudian barulah
terungkap. Bapak dan si Ibu belum memiliki anak.
Suatu gambaran yang sering
dijumpai. Tinggal di kota Besar, dengan suami istri sibuk bekerja di bidang
masing-masing hingga keluarga mereka bisa tinggal di 5 tempat yang berbeda. Tinggal
terpisah, layaknya masih sebagai single parent. Suami sibuk mengejar karir
dikantornya. Begitu pula wanita. Namun, keluarga masih lengkap dengan kehadiran
buah hati mereka. Mereka masih terikat.
Gambaran lain datang dari sebuah
keluarga dimana suami sibuk mengejar karirnya dikantor dan harus selalu mobile sehubungan dengan aktifitas
kantornya sehingga jarang bertemu keluarganya. Namun, istri kembali menjalankan
kegiatannya sebagai seorang ibu dan mempercayakan sumber keuangan hanya dari
suami seorang. Memutuskan untuk mengurus anak dan memastikan semua berjalan lancar
dirumah. Mereka mencoba menjalin
keseimbangan peran. Dan mereka tetap terikat.
Namun suatu hal berbeda jika
sepasang suami istri memiliki harta berlimpah dengan karir luar biasa namun
hingga diusia pernikahannya yang sekarang masih juga belum memiliki anak. Mereka
aman secara finansial. Tetapi serasa ada yang kurang tanpa kehadiran si buah
hati.
Untuk seorang wanita yang masih baru menjajaki dunia pekerjaan, aka
nada dua hal dilema. Satu, tetap mengejar karir. Kedua, menjadikan peran ibu
dalam keluarga menjadi yang utama.
Dan disaat itulah kita sebagai seorang wanita menyadari bahwa peran
utama anda adalah menjadi seorang ibu. Memang, dunia saat ini sudah berubah
dimana kita harus bisa bertahan dan terkadang membantu keuangan keluarga dimana
semua kebutuhan semakin meningkat. Tetapi, ingatlah kembali untuk membuat
keseimbangan peran dalam sebuah keluarga. Peran ibu dan ayah terhadap anaknya
didalam sebuah keluarga.
Mungkin tulisan ini terkesan tidak jelas dan tidak penting. Namun,
sebagai seseorang wanita yang sudah bekerja aku mulai mengamati banyak hal. Kejadian
disekitar dapat kita jadikan panutan agar dapat melaksanakan peran anda dengan
benar dan sesuai. Semua kembali pada pilihan dan keadaan masing-masing.
Tak disangka begitu beragamnya kisah banyak orang. Dengan kisah
bahagianya, kisah harunya, dan juga kisah tegar disetiap kejadian. Semua memiliki
rahasia, namun pasti Tuhan memiliki rencana indah dikemudian hari. Hanya saja
perbaiki dirimu lebih dahulu!
Asri_Vitaloka
Calon Penulis
No comments:
Post a Comment