Biarkan kami bersaudara diantara rumput coklat keemasan
Jatuh cinta memberikan makna spesial tersendiri. Terlebih jika terjadi
pada dua insan manusia yang saling bertemu dan saling memberikan pandangan
penuh cinta. Akan sangat menyenangkan rasanya. Kali ini aku juga jatuh cinta
lagi. Namun kali ini bukan dengan orang. Melainkan sebuah pulau di pelosok
selatan Indonesia, yaitu pulau Timor.. Kenapa?
Keelokan Pulau Timor menjadi terasa disaat menonton film “Aisyah”
di bioskop Cinemaxx Kupang semalam. Sebelumnya tidak terlalu terlihat seperti
apa indahnya pulau ini. Jika kau berdiam, meresapi banyak hal sesungguhnya
banyak yang diajarkan dalam keseharian di pulau Timor ini.
Aku teringat bagaimana menyikapi awal mula mendapatkan
penempatan di Kupang. Sungguh tidak dewasa dengan ratapan tangisan kesedihan. Ternyata
semua berubah. Percayalah, Tuhan memiliki rencana lebih indah dari dirimu
sendiri. Disitulah aku sadar. Aku berada ditempat yang tepat.
Film “Aisyah”
memberikan gambaran jelas
Sebuah film berjudul “Aisyah” yang mengisahkan mengenai
seorang gadis Bandung beragama Islam yang akan melangsungkan pekerjaan
pertamanya sebagai seorang guru. Rasa baktinya kepada profesinya ditunjukkan
dengan berangkatnya beliau ke sebuah kota di perbatasan pulau Timor dan Timor Leste.
Kota itu adalah Atambua. Beberapa adegan di Atambua menunjukkan betapa
keringnya kota tersebut. Semua berwarna coklat keemasan. Lupakan yang namanya
pohon hijau berderetan, hujan deras, lembabnya udara, bahkan sekedar melihat
kupu-kupu indah mendatangi bunga-bunga. Semua berbeda. Tapi jangan salah.
Keindahan justru berada di sudut yang berbeda.
Mungkin
Kupang menjadi tempat yang tepat
Ditengah keseruan film, terbersit sesuatu hal yang tidak
terduga. Senyum sekilas muncul dari wajahku dikala mengingat aku berada
didaerah yang cenderung panas. Masalah kesehatan menyebabkan aku tidak dapat
tinggal terlalu lama di daerah dingin dan lembab seperti Bandung. Untuk itu,
bersyukurlah aku. Tuhan menempatkan aku di tempat yang tepat. Bukan yang aku
inginkan namun ini yang aku butuhkan.
Jika saja kau tak sadar Asri, mungkin hingga kini kau akan merasa kau
ditempatkan di tempat yang salah…
Tidak hanya
itu, anak kecil Kupang memberi cerita lain
Beberapa waktu terakhir aku mengikuti komunitas baru. Sebuah
komunitas yang dinamakan 1000 guru Kupang. Memiliki tujuan untuk memberikan
bantuan pengajaran kepada anak-anak kecil disekitar Nusa Tenggara Timur,
khususnya Kupang. Pengalaman luar biasa aku dapatkan saat berada disalah satu
program mengajar TnT #6. Bertemu dengan anak-anak kecil di sebuah Desa Sumlili,
sekitar 2 jam perjalanan dari Kupang. Mereka luar biasa dan tentunya sangat
membutuhkan banyak bantuan dari orang lain terutama di bidang pendidikan. Sama halnya
seperti yang dikisahkan dalam film “Aisyah”.
Banyak anak-anak kecil NTT membutuhkan kita. Pendidikan
mereka patut diperhatikan yang saat ini jauh dari layak dibadingkan dengan
daerah lain. Seketika terbesit sesuatu dari pikiranku. Kini aku tahu kenapa
harus berada di Kupang. Karena mereka membutuhkan kita, khususnya anda. Dan
dimulai dari aku.
Kami memang
berkulit hitam, namun hati seputih salju
Kesederhanaan orang NTT ditunjukkan dari banyak hal. Mulai dari
pakaian, pola hidup mereka, cara mereka menyapa, bahkan menyambut orang baru
yang datang. Seperti sambutan guru Aisyah di Atambua, aku juga mendapatkan
pesta penyambutan saat berada di Sumlili. Pesta sederhana namun penuh makna. Dengan
menggunakan halaman luas didepan kelas. Beratapkan terpal biru dan kursi kursi plastik,
maka disambutlah kami dengan sangat hangat.
Itu adalah tradisi mereka. Menyambut hangat setiap orang
yang datang ke desa mereka. Itu suatu keharusan dan sebagai bukti sederhana bahwa
mereka menerima siapapun yang akan mengunjungi mereka. Sebuah senyum dan ucapan
sapaan juga menunjukkan bahwa orang NTT begitu ramah.
Dengan
semua yang diberikan Tuhan, aku putuskan …
Kuputuskan untuk jatuh cinta. Jatuh cinta dengan NTT, terutama
Kupang dengan segala suhu panasnya, eksotiknya kulit hitam mereka, dan wisata
alam yang dimiliki NTT. Saat kau menyadari bahwa kau berada disuatu tempat
tidak hanya untuk membuat diri senang tetapi ada maksud lain. Seperti kau
dibutuhkan untuk orang lain, maka semua akan terasa berbeda. Aku merasa jatuh
cinta pada pulau Timor ini. Mengajarkan banyak hal. Tidak hanya mengenai
kesenangan dan glamornya mall atau tempat nongkrong semata. Ternyata saatnya
Kupang mengajarkan aku untuk jatuh cinta pada hal yang lain. Dan ia berhasil.
Mungkin kau menangis karena kau melihat dari sudut pandangmu sendiri. Maka
rubahlah sedikit agar kau bisa melihat bahwa semua tidak sesempit itu. Bahwa ini
lebih luas hanya dengan pandangan mata. Jika kau belum bisa melihat? Jangan
gunakan mata untuk melihat, perluaslah dengan menggunakan mata hati. Maka akan
terlihat seperti apa indahnya hal yang tidak terlihat. Salam.
Asri Vitaloka
Calon Penulis
Jangan lewatkan keseruan cerita aku dalam "Traveling and Teaching" #6 with 1000 Guru Kupang di Desa Sumlili, Kupang. Pengalaman baru dan sungguh menyenangkan. Baru! Mengajar sekaligus jalan-jalan. Coming soon! Tanggal 26 Juni 2016 hanya di blog asrivitaloka.blogspot.com
No comments:
Post a Comment