1000 Guru Kupang di suatu tempat, Pantai Tak Bernama
Suatu hal yang baru dimana
kegiatan traveling diikuti dengan kegiatan teaching. Siapakah komunitasnya?
Seperti apa keseruannya? Apa motivasinya? Tidak kurang dan tidak lebih. Kami
melakukan itu untuk suatu alasan, yaitu keinginan untuk berbagi. Berbagi untuk
jiwa sendiri dan berbagi untuk anak-anak di Pulau Timor.
Terjadilah dia, kegiatan “Teaching and Traveling #6” melibatkan
tidak hanya orang asli Kupang, namun orang yang berdomisili di Nusa Tenggara
Timur. Karena kami tidak hanya datang dan mencari rejeki. Ada makna lain yang
ingin diberikan. Yaitu menjadi berguna dan memberikan sesuatu yang lebih
bermakna bagi orang disekitar khususnya di bagian Pendidikan anak-anak Pulau
Timor.
Sebuah komunitas bernama 1000 Guru menjadi
sebuah komunitas yang memberikan fasilitas kepada anak-anak muda untuk
memberikan perhatian lebih. Perhatian dan sarana sebagai tindakan langsung
dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak di Nusa Tenggara Timur. Tersebar
di seluruh provinsi di Indonesia, salah satunya 1000 Guru Kupang.
Kesempatan bagus mengantarkan aku dapat
mengikuti kegiatan TnT #6 di Desa Sumlili, Kupang. Perjalanan 2 jam dari kota
Kupang kami habiskan untuk sampai di SDN Batu Esa. Jangan harap perjalanan
mulus yang dilalui. Kupang terkenal dengan jalanan yang masih bebatuan dan
penuh dengan kapur. Itulah yang harus kami jalani hingga sampai kesana.
Pesta Penyambutan itu Sudah Keharusan
Siswa Siswi SD Batu Esa menari menyambut kami, tim 1000 Guru Kupang
Sesampai disana truk kami langsung
mengambil posisi di pojokan halaman sekolah. Terlihat beberapa siswa siswi
sudah memposisikan diri untuk menyambut kami yang baru sampai. Dengan sebuah
tarian yang diiringi lagu daerah Sumlili, satu per satu kami mendapatkan sebuah
kalung dari kain selendang dengan motif khas daerah tersebut. Terimakasih
adik-adik, aku mendapatkan selendang merah.
Tidak Hanya Penyambutan, kami juga Diajak Berdansa
Orang NTT sangat
suka menari. Mereka berdansa dengan musik kencang dan bersenda gurau dengan
sesama. Begitu dekat satu sama lain. Siswa siswi SD Batu Esa akan bergandengan
tangan. Mereka dari awal telah mengunakan pakaian adat, dan tak kalah menarik
bagi para siswa menggunakan sebuah topi khas NTT. Membentuk sebuah lingkaran
dan mereka mengajak para tamu untuk menari bersama. Gerakan kaki kanan kiri,
maju mundur, dan kembali berjalan kekanan. Gerakan terus berulang hingga
dinyatakan berhenti. Suasana awal seakan mencair dalam satu gerakan tarian
bersama. Tidak hanya para siswa, namun orang tua murid juga ikut meramaikan
kegiatan menari tersebut.
Situasi Kelas memberi Kesan Berbeda
Kegiatan penyambutan usai. Kami masuk untuk menuju kelas masing-masing.
Pada awal sampai di Desa Batu Esa, aku melihat dua buah bangunan dengan papan
tulis. Bangunan tidak terbuat dari semen selayaknya bangunan di kota besar.
Hanya berdiri menggunakan batang bambu dengan ditutupi daun-daun yang biasa
digunakan untuk membangun rumah di NTT. Sempat aku mengira itu adalah ruangan gudang. Ternyata itu kelas!
Yak! Kegiatan Mengajar dimulai..
Kebetulan aku
bersama satu tim, yaitu kak Danang dan Kak Beti. Mereka tim yang luar biasa.
Begitu mempersiapkan semuanya. Materi yang akan dibawakan adalah seputar
sejarah Pancasila, makna dan lambing, juga pengamalan Pancasila. Awalnya
sedikit canggung untuk mengajar. Untungnya mereka mudah diajak bekerja sama dengan orang
seperti aku ya. Mereka belajar dengan situasi kelas yang seadanya namun
tidak mengurangi esensi untuk dapat belajar. Sungguh luar biasa…
Untuk mempermudah proses pemahaman terhadap materi kami menggunakan
beberapa alat bantu. Seperti gambar, stiker lambang Pancasila, bahkan
menggunakan sejenis kuis untuk membantu mereka semakin cepat mengingat. Semua
berjalan lancar, hingga proses belajar kami diselesaikan dengan pohon impian.
Mari tempel Mimpi kalian di Pohon Impian
Dokter muda kami di Tnt #6
Tidak hanya belajar. Komunitas 1000 Guru Kupang memberikan satu aktifitas
lain. Anak-anak Desa Sumlili memiliki pengetahuan yang kurang mengenai dunia
luar. Sebagian besar anak memiliki cita-cita sebagai polisi, dokter, guru,
bahkan pendeta. Dengan ini, kami memberikan lebih banyak lagi pengetahuan lain.
Bahwa dunia tidak hanya sebatas desa mereka. Tidak hanya sebatas menjadi
polisi, dokter atau guru saja. Bahwa dunia jauh lebih luas, dan mereka memiliki
kesempatan untuk menjadi apapun. Siapa pun. Selama mereka menginginkannya!
Siswa siswi SD Batu Esa menuliskan mimpi besar yang dicita-citakan dalam
secarik kertas. Dalam sebuah doa penuh makna, mereka meminta agar dimudahkan
dalam mewujudkan semuanya kepada Tuhan. Akhir dari pertemuan saat itu, kami
bersama-sama menempelkan secarik kertas berisi mimpi masing-masing pada sebuah
pohon impian yang sudah disiapkan oleh tim. Dalam hati mereka pun telah
ditanamkan. Untuk menjadi sesuatu, kalian harus berusaha dan semua kesuksesan
membutuhkan perjuangan sedemikian rupa.
Kami datang dan mengunjungi kalian
wahai adik-adik. Waktu pertemuan singkat mungkin hanya bisa menorehkan sedikit
sekali bekas di hati dan benak kalian. Namun besar harapan kami, agar kalian
bisa mendapatkan pengalaman lebih dan mampu berimajinasi untuk mengembangkan
pola pikir. Bahwa dunia ini luas. Dengan segala keterbatasan, siapapun mampu
untuk menjadi orang terhebat di dunia sekalipun. Jadi, jangan menyerah dan
selalu berjuang!
Asri Vitaloka
Calon Penulis
Terimakasih sudah membaca “Teaching
and Traveling #6”. Masih banyak lagi pengalaman seru yang aku temukan di NTT.
Mau tau perjalanan aku ke Flores bersama tim jalan2terus? Silahkan lihat
instagramnya di @jalan2terus. Ternyata laut juga bisa berbicara!
No comments:
Post a Comment