Kali ini aku menginjak kembali Pulau Bali. Semenjak menetapnya aku di
Kupang, belum ada kesempatan lagi untuk mengunjungi Bali. Tapi, satu waktu aku
akhirnya kembali kesana dalam liburan keluarga. Ada beberapa tempat yang kami
pilih. Desa Panglipuran dan Pemandian air panas Natural Hot Spring. Walaupun keluarga
asal Bali tapi kami sudah merantau begitu lama. Banyak jalan yang tak diketahui
juga. Yah, mudik sambil liburan pake gmaps!
Sekitar Juli tahun lalu, 2016 aku berangkat ke Bali. Keberangkatan
kesana cuma demi berkumpul bersama sang keluarga tercintalah ya. Sebenarnya sih
aku tinggal di Lombok. Lebih seru lagi ya? Wisata Lombok tak kalah cantik
dengan Bali, tapi setelah kenal Flores aku lebih jatuh cinta sama daerah itu. Tenang
aku juga akan share liburan singkat sebelum
ini di bulan Mei 2016! Liburan sailing
trip di Laut Flores.
Back to the
topic! Aku ketemuan
sama keluarga di Bali. Mereka berangkat pake mobil dari Lombok. Enak banget ya
jadi aku? Jadilah kami mengunjungi beberapa tempat. Ada dua tempat yang akan
aku share. Semoga masih banyak yang
diingat.
Desa Penglipuran
Desa ini berlokasi di Bangli. Memiliki nama
Penglipuran yang mengambil kata dari Pengeling Pura atau tempat bersemayamnya
para leluhur. Lokasi ini beberapa kali dijadikan lokasi syuting dan masuk ke dalam salah satu lokasi pengambilan gambar
dari “From London to Bali”.
Keinginan untuk mengunjungi desa Panglipuran datang
dari instagram seorang kawan yang pernah main kesana. Akhirnya baru terjadi
Juli 2016. Begitu masuk di parkiran tidak terasa nuansa “desa” di lokasi
tersebut. Bayangannya, akan ada begitu banyak nuansa desa dengan penduduk asli
dan kegiatan sehari-hari disana. Tapi, sama seperti Desa Sade yang ada di
Lombok. Desa Panglipuran sudah mendapatkan sentuhan sana-sini yang membuatnya
sekarang terlihat seperti tempat wisata.
Tidak luas
kok, jalan kaki saja.
Ada beberapa informasi lewat google. Ternyata ukuran
desa hanya sekitar 112 hektar. Jadi tak akan capek kok kalau jalan kaki. Lagian,
ngga ada kendaraan yang disediakan. Mau apa? Sepeda? Jangan harap ya. Disana banyak
sekali anak tangga kecil-kecil. Jalan utama dalam desa terus naik keatas hingga
menuju sebuah pura adat disana.
Jika membawa kendaraan pribadi, anda cukup membayar
parkir sekitar 5000 rupiah. Masuk desa juga tak gratis. Biasa ada perbedaan
harga bagi WNI dan WNA. Yah, karena aku sadar diri kelahiran Indonesia makanya
aku ambil tarif WNA? #Eh. Haha... untuk masuk anda mengeluarkan uang sebesar
10.000 untuk anak yang masih imut dan 15.000 rupiah untuk yang sudah dewasa. Bukan
tua ya! Tidak mahal kan? Ya, ngga lah. Apalagi anda akan melihat desa terbersih
didunia dari tiga desa dari negara berbeda.
Sekilas anda melihat betapa rapinya jajaran rumah
disana dengan konsep arsitek yang sama. Tidak ada terlihat sampah. Hanya ada
beberapa pohon kecil dengan bunga berwarna cerah yang ditanam didepan tembok
rumah. Begitu sampai didepan rumah, anda akan melihat pintu gerbang gaya Bali
yang dinamakan Angkul. Entah kenapa, seakan arsitektur membuat rumah disana
bergaya sama.
Tak hanya rumah yang sama, beberapa menjual souvenir...
Pemandangan rumah yang sama mengeluarkan kesan
tertata rapi. Kali, kalau aku tinggal disana sudah bingung rumahnya yang mana
ya? Tapi, beberapa informasi dari blogger
sebelah mengatakan pengalamannya saat mengunjungi desa di beberapa tahun
berbeda. Tahun 1998, banyak rumah masih menggunakan bambu namun kini semakin
berubah dan sudah diganti menggunakan batu bata.
Walaupun terlihat sama. Ternyata beberapa rumah
menjual souvenir yang digantung
didalam rumah hingga terlihat dari tembok pagar. Aku suka banget ngeliatnya. Kalau
pecinta souvenir tempat wisata pasti
cocok untuk melihat-lihat. Ada topi ootd, gelang pernak-pernik, dream catcher, makanan kecil, hingga
makanan khas desa Penglipuran.
Rujak yang diminum, Loloh Cencem.
Ada yang aneh kalau baru tiba disana. Beberapa tamu
akan membawa botol aqua namun berisi minuman hijau seperti warna daun tua. Itu adalah
minuman khas. Loloh Cencem, minuman yang berasal dari daun cem-cem. Dulu pembuatannya
ditumbuk, tapi sekarang sudah agak canggih dengan menggunakan mesin. Ngga mahal
kok! Cukup ngeluarin duit 5000 rupiah anda sudah bisa menikmati minuman
tersebut.
Katanya sih airnya dibuat dengan mencampur bumbu
rujak. Jadi rujaknya diminum. Ada rasa asin, manis, asem, pedas. Pokoknya lengkap.
Aku ngga begitu suka. Tapi, banyak yang menyukainya karena memiliki efek baik
untuk badan. Beberapa manfaatnya adalah untuk melancarkan pencernaan dan
menyegarkan badan.
Sudah puas
belanja? Sekarang take a selfie!
Yah, pokoknya ada beberapa tips untuk anda saat mengunjungi desa
Penglipuran.
Jangan lupa bawa payung.
Disana panas banget kalau siang. Walaupun sejuk karena angin, tapi
disepanjang jalan utama desa jarang pohon besar.
Jangan puas hanya foto
dengan pemandangan rumah berjajar rapi.
Kalau anda
jalan terus ke arah atas sampai depan pintu banjar adat, belok kekiri sedikit
lurus terus maka anda akan mendapatkan pemandangan bambu bambu cantik. Pokoknya
itu hutan bambu. Jangan sampai kelewatan disana ya.
Sediakan uang kecil.
Biasanya belanja satu dua dan tak sadar anda tak memiliki uang kecil. Kan
kasian warga sana yang jualan kalau tidak punya uang kembalian!
Jangan pernah remehkan loloh
cencem.
Walaupun tak disukai anak
kecil, tapi orang tua dulu banyak yang suka. Aduh, mamake dan bapake saja sampe
beli dua. Wisata sana sampai beli 4 botol. Entah karena minumannya sehat atau
waktu itu ngga punya kembalian yaaa... hahaha..
Dan terakhir! Budaya diluar
buang sampah sembarangan?
Please, disini malu dikit
ya. Ada sampah dipegang, masukin tas, masukin kantong begitu ketemu tong sampah
baru dibuang. Disana terlalu bersih kasian kalau kau kotorin. :*
calon penulis, Asri Vitaloka
calon penulis, Asri Vitaloka
No comments:
Post a Comment