Fulan Fehan menjadi tempat terpilih untuk kegiatan travelling yang
dilakukan 1000guruKupang untuk Tnt #9. Yah, jalan-jalan kali ini mau kunjungan
ke Gunung Lakaan gitu. Salah satu tempat bersejarah bagi awal mula Pulau Timor.
Usuk punya usuk, aku dengar dari blog tetangga kalau Gunung Lakaan menjadi
titik awal dari Pulau Timor. Dulu di kala daratan masih tertutup oleh air lautan,
yang muncul ke permukaan hanya puncak Lakaan.
Mau tau seperti apa keseruan travellingnya di Tnt #9? Mulai dari truk
tentara yang ngga bisa naik sampe kami pulang dengan jalan kaki. Sampe Kupang
ngga ya??? Ngga kok! Cuma sampe muka pintu Bromo. Eh, maksudnya sampai pintu
masuk Gunung Lakaan dan Benteng Tujuh Lapis aja.
Sudah menjadi satu rentetan acara Tnt untuk travelling. Selesai dari acara mengajar
di SDN Sinar Atubesi, kami tidak menginap di sekolah. Perjalanan langsung
dilanjutkan menuju lokasi kaki gunung Lakaan. Butuh sekitar 2 jam untuk sampai
ke lokasi tersebut dari tempat sekolah berada.
Dulu aku pernah ditawarin untuk mengunjungi gunung Lakaan.
Menghabiskan malam dingin sambil menikmati bintang di langit dan menyantap
hasil bakar-bakaran ikan disana. Tapi, realita? Batal. Dan tidak disangka
kesempatan datang tanpa terduga. Sampailah seluruh tim dan volunteer di Gunung Lakaan di weekend
kedua bulan Maret 2017. Ada beberapa drama sebelum sampai disana mulai dari
hujan badai menerjang, truk tentara yang ngga bisa naik, sampai dilema tempat
tidur yang kurang. Tapi, kami semua tetap happy
dan kembali melanjutkan camping disana.
Hujan badai pun menyapa…
Awalnya sih cuma mendung saja. Ah, paling hanya kabut disana ya.
Harusnya tidak hujan lo ya! Cetarrrrr…. Petir menyambar dan hujan turun. Tidak
hanya hujan, pake angin kencang dong. Badai!
Kami sedikit mendapat kesulitan dibelakang karena truk
tentara begitu terbuka. Hujan angin masuk ke beberapa bagian truk. Tidak
sedikit volunteer yang cemas untuk
melanjutkan perjalanan. Tapi, bagi yang doyan jalan-jalan pasti maunya lanjut
terus pantang mundur.
Dengan cuaca yang tidak begitu baik akhirnya diputuskan
untuk tetap menuju lokasi gunung Lakaan. Kemudian beruntunglah kami. Begitu
semakin dekat dengan lokasi, hujan semakin reda bahkan berhenti meneteskan air
begitu masuk lokasi gunung dan benteng 7 lapis. Jadi deh camping ala ala anak
perbukitan!
Truknya
ngga bisa naik ya.
Selesai masalah hujan muncul masalah lainnya. Emang ya kalau
mau dikasi sesuatu yang indah harus ada halangan dan rintangan dulu. Iyaa aja
deh ya!
Kami menggunakan dua truk tentara untuk memuat tim, volunteer, dan peralatan kemah selama
perjalanan ke Fulan Fehan. Satu truk berhasil naik, eh yang satu kok ngga
naik-naik ya. Ternyata ngga bisa naik. Jika anda sudah menemukan papan nama
“Gunung Lakaan dan Benteng Lapis 7”, akan ada jalan berbatu kecil dan lumayan
terjal. Untuk beberapa transportasi akan sedikit kesulitan melewatinya.
Kalau berhenti di salah satu spot anda akan menemukan pemandangan
bukit dan pemandangan luas hijau daun segar sehabis hujan ditambah awan-awan
lucu bergerombol seakan berada sejajar didepan anda. Sebenarnya sih awannya jauh,
tapi keliatannya kaya sejajar gitu.
Pastikan
lokasi ngemping yang click!
Ternyata sebelumnya sudah pernah ada yang camping disini. Pengalaman mereka
sebelumnya entah karena salah tempat atau bagaimana, eh tenda mereka rubuh di
tengah malam. Jadi, agar tidak kembali terulang kita harus memastikan pemilihan
lokasi camping yang pas ya. Yang utama
tempatnya harus datar jangan yang bergelombang.
Dapat sudah satu tempat dengan pemandangan gunung Lakaan
tanpa penghalang dan beberapa genangan air yang luas efek dari sehabis hujan.
Lokasi sudah datar, pemandangan sudah mantab, tapi ada satu yang kurang. Karena
lokasi ini begitu luas dataran hijau, tidak sedikit warga memanfaatkan untuk
beternak sapi atau kuda. Bahkan ada beberapa anjing berkeliaran di sekitar
tenda. Nah, sapi banyak berarti tau dong apa lagi yang banyak mereka
tinggalkan? Puuupppppp…
Ops, lupa
permisi pak!
Setiap masuk ke tempat baru jangan lupa permisi dulu. Waktu
masuk ke lokasi gunung, rombongan lupa untuk meminta ijin kepada ketua warga
setempat. Yah, itu seperti akan permisi untuk bisa melakukan camping disitu. Nah, kami lupa.
Singkat cerita, anak kampung setempat memberikan warning untuk memberikan persembahan
kepada “sesuatu tak terlihat” yang sudah menjadi penghuni disana semenjak lama.
Akhirnya sewaktu masakan untuk makan malam selesai, ketua tim harus memberikan
persembahan berupa simbolis dan anak kampung setempat yang menyelesaikan
kelanjutannya.
Katanya kami seharusnya melakukan ritual penyambutan dengan
“sirip pinang” bersama warga setempat. Tapi, itu terlewat dilakukan. Nah, jadi
kalau mau kemana-mana jangan lupa permisi lo ya biar tuan rumah tahu dan tidak
marah. Hehe.
Fokus,
fokus, dan fokus.
Terlepas dari semua yang sudah terjadi dalam rangka “Ngamping
Bareng”, ada sudut pandang lain yang musti kami perhatikan. Misalnya hijaunya
perbukitan, beberapa hutan terlarang, cantiknya gunung Lakaan, pemandangan sunset dengan warna gelap ditambah sinar
orange tua. Pokoknya suasananya
romantis!
Dengan peralatan tenda tentara dan beberapa tempat tidur,
kami merasakan camping lucu ala anak
perbukitan. Begitu sampai disana, tenda mulai dikembangkan dan tempat tidur
juga mulai dirangkai satu per satu. Toilet buatan juga dibuat di dekat tenda
untuk memudahkan mencari tempat kecil. Dibawah terang bulan purnama kami pun
memulai “Camping Lucu ala Gunung Lakaan”.
Untuk persiapan makan disana, tim 1000guruKupang sudah
memiliki satu orang koki masak yang jago banget masak besar. Berani ngga suka makanan
dia? Ngga makan deh kalian!
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam namun suhu disekitar
belum terlalu dingin. Aku yang anti dingin saja masih sanggup tidak menggunakan
jaket. Tapi, jangan salah kalau sudah jam 11 malam keatas. Luar biasa banget
suhunya. Dengan sleeping bag tambah selimut
didalam dan kaos kaki saja masih kurang hangat. Aduh, bener bener menggigil
gilak!
Jika anda berada di waktu yang tepat, tentunya anda dapat
menyaksikan milky way di lokasi ini. Nah,
kurang beruntungnya kami camping disana
tepat disaat malam bulan purnama. Langit begitu terang benderang, gimana mau
dapat milky way.
Inget lo ya, kalau camping
jangan bangun siang-siang. Emang dikira lagi dikosan? Nah, begitu matahari akan
terbit segera meluncur kearah dataran yang agak tinggi biar dapat menyaksikan sunrise. Selama perjalanan menuju
dataran tinggi, anda akan melihat beberapa dataran agak rendah terisi air
seakan terdapat danau kecil dari genangan air sisa hujan semalam. Kalau kemarin
sore banyak terlihat kuda berlarian, kali ini terlihat banyak sekali sapi-sapi
yang berkeliaran secara bebas. Sebelumnya kami juga tak melihat ada warga yang
melintas namun berbeda dengan pagi itu. Beberapa mama-mama terlihat menggunakan
kain sarung sambil berjalan berduaan. Pokoknya dijamin lupa deh sama kerjaan
apalagi cicilan rumah kalau sudah liat pemandangan disana. Terimakasih Tuhan!
Kaya bekas
tempat perang gitu.
Kalau sudah fokus dengan pemandangan sekitar, anda pasti tak
akan melewatkan tulisan “benteng lapis 7” di depan pintu masuk kawasan gunung
Lakaan. Ya, disini ada beberapa lokasi yang masih berbentuk hutan-hutan dan
menurut informasi ada benteng lapis tujuh di lokasi yang bersebrangan dengan
lokasi camping kami.
Melihat struktur daratan, hutan, dan membayangkan ada
benteng? Anda tentunya akan berimajinasi layaknya film kerajaan dimana anda
sedang berada di salah satu lokasi perang. Sekarang sih aman, dulunya? Entah deh
ya…
Begitu banyaknya pengalaman seru semenjak camping lucu ala
anak perbukitan. Sekarang aku coba untuk share
apa tips and trick buat camping disana ya.
- Jangan pernah lupa bawa baju tebal kalau bisa selimut hangat. Namanya juga suasana bukit atau kaki gunung, di jam tertentu suhu akan menurun apalagi kalau musim hujan. Jadi jangan lupa bawa penghangat.
- Biar camping kamu seru? Jangan lupa bawa peralatan memasak ya. Itu perlu banget aku udah liat di camping kemarin. Yah, minimal kompor mini dan minuman sachet. Trus malam-malam bisa bikin minuman hangat deh tanpa repot menyalakan api buat masak.
- Jangan lupa pake baju warna terang, apapun kecuali hijau. Karena background disana semua hijau, pasti ngga mau dong pas di foto kamu jadi ngga keliatan.
Oke, selamat jalan-jalan. Jangan lupa ini lokasi di Fulan
Fehan, 2 jam dari Atambua ya. Kalau ngga mabok di harga tiket kesana, yah
paling mabok selama perjalanan kesana saking lamanya.
Calon penulis, Asri Vitaloka | asrivitaloka@gmail.com
| IG : @asri_vitaloka
Jangan mau main hanya ke gunung aja. Kita juga ada cerita-cerita seputar NTT lo tapi main-main di pantai. Nah mungkin Maumere atau Labuan Bajo bisa jadi cerita kamu selanjutnya. Yuk klik aja link dibawah ini ya...
"Tak Pernah Menyerah dengan Labuan Bajo"
"Dua Hari di Maumere of Flores?"
Jangan mau main hanya ke gunung aja. Kita juga ada cerita-cerita seputar NTT lo tapi main-main di pantai. Nah mungkin Maumere atau Labuan Bajo bisa jadi cerita kamu selanjutnya. Yuk klik aja link dibawah ini ya...
"Tak Pernah Menyerah dengan Labuan Bajo"
"Dua Hari di Maumere of Flores?"
No comments:
Post a Comment