Tumbenan sih aku pergi satu hari ke pulau sebrang bukan maksud untuk berlibur,
namun menjalankan tugas. Jarang, namun terjadi saat itu. Kucoba menikmati
indahnya pulau Ndao dengan listrik hanya pada malam hari, sinyal pada beberapa
titik pantai, dan kesederhanaan dari warga sekitar.
Ngga perlu deh susah-susah niatin diri buat gadget detoks! Dijamin tanpa
diminta kalian akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan orang
sekitar tak hanya melihat layar handphone. Atau sekedar sok sibuk. Bukannya
gimana, sinyal internet sangat susah di pulau Ndao. Hanya semalam saja, aku
sudah bisa menyimpulkan. Ndao memberikan arti sendiri bagi pendatang yang
berkunjung kesana. Pergi kembali ke dunia dimana sinyal internet, air, bahkan
listrik tergolong hal langka disana. Jadi, bisa bikin apaan coba di Ndao?
Terkesima deh Sama Pantainya.
Perjalanan ke Ndao ngga bisa dibilang mudah ya. Butuh
perjuangan naik kapal selama hampir satu setengah jam. Belum lagi gelombang
laut menuju Ndao terkenal dasyat. Jangan pernah berharap bisa berangkat kesana
di bulan Januari sampai Maret, dijamin parah!
Tapi, takut kalian pasti hilang kalau sudah sampai di pantai
Ndao. Pantai putih bersih dengan warna cerah biru laut terkesan bikin kalian
lupa dengan perjalanan kesana. Oiya, kalau ke Ndao kita bisa menyaksikan
pemandangan pulau Nuse dan Do’o dari kejauhan. Seru deh!
Berhubung di Rote susah banget dapat berenang di laut. Karena ngga ngerti lagi harus main laut dimana. Ada yang bilang angker kalau di Mulut Seribu, ada yang arusnya kekencengan di Nembrala, dan bahkan berenang sama kapal karna efek dekat pelabuhan Baa.
Begitu liat Ndao punya pantai cantik
gilak! Ingin kuceburkan saja badan besarku. Suer! Eits, ini baru penyambutan
tapi ada apa lagi di Ndao ya?
Diputusin sinyal, bukan diputus
komunikasinya!
Buat kalangan anak muda yang stress banget sama gadgetnya,
pas banget deh kalau berada di Ndao. Bayangin ya, sinyal disana hanya ada di
titik-titik tertentu. Kaya pinggir pantai, diatas bak tampung air, dan sedikit
beruntung di teras depan kantor PLN.
Rasa sedih sih ya. Dijaman kota besar udah pada 4G+ dan
sedihnya di Rote baru masuk 4G, ternyata malah ada yang lebih parah. Bayangin kalau
sedang berada di rumah warga itu sama sekali ngga ada sinyal. You get all of
your time! Kaya banget deh sama waktu disana. Sebagian waktu bisa dihabiskan
untuk bercengkrama atau sekedar menenun. Tak jarang bapak Abet sibuk mengurus
piharaan anjing, kucing, kambing, dan juga babi. Banyak kan ya?
Pengalaman pribadiku nyari sinyal ya. Aku pernah lagi nelponan ngga
jauh dari pantai dan pemandangan sekitar tidak ada bangunan hanya padang luas
tanpa tanaman. Pas berdiri sinyal ada. Eh, capek dong berdiri. Duduk sedikit,
lawan bicaramu sudah aa ee oo? Alias ngga denger suaramu. Sedih.
Listrikku hanya di Malam Hari
Bangun pagi, mama Mince yang punya rumah sudah masak nasi
menggunakan magicom. Sesaat setelah
aku bangun dan mengobrol dengan mama. Beliau kaget ketika listrik sudah mati di
jam 5 pagi. Harusnya tidak sekarang matinya. Selisih satu jam dari biasanya. Ternyata
mama Mince takut masak nasinya tidak matang. Tapi tak lama, listrik kembali
menyala.
Ngga ada deh nge-cash handphone
di siang hari. Listrik hanya menyala setengah hari dimulai dari jam 6 sore
hingga 6 pagi keesokan harinya. Sedikit-sedikit terdengar suara mesin
pembangkit yang tak jauh lokasinya dari rumah mama Mince. Begitu itu mati,
seketika seperti ada yang kosong disekitarmu.
Itulah suara tanda dimana listrik hidup sebagai pemberi terang dikala
malammu. Pemberi kesempatan dikala kau ingin membuat sesuatu. Warga Ndao begitu
memanfaatkan waktu malam hingga subuh jika memerlukan listrik. Sungguh berbeda.
Listrik kita sepanjang waktu, namun listrik mereka hanya ada sepanjang malam. Terangku
hanya di kala malam.
Listrik Ndao untuk Kehidupan yang
Lebih Baik
Tak hanya sekedar jargon kosong untuk sesuatu yang enak
didengar saat diucapkan. Beberapa tempat di pelosok negri dalam sebuah pulau,
justru listrik begitu berharga hingga dapat memberikan kau kehidupan yang lebih
baik.
Sepulangku di hari terakhir, tak sengaja aku melihat beberapa anak
berangkat ke sekolah sambil membawa tas ransel bergambar. Kutak bayangkan
kehidupan mereka berubah sejak mendapatkan listrik. Berharap menambah harapan
hanya dengan modal listrik untuk penerang di malam hari. Sedikit bagi kita,
banyak buat mereka. Ini semua demi kehidupan yang lebih baik.
Semenjak bekerja di PLN, aku mendapatkan pengalaman banyak di pulau
Timor. Entah memasuki pulau belum berlistrik atau mencoba melihat kehidupan
pulau yang setengah berlistrik. Hatiku terenyuh. Ditengah kota-kota besar
mendapatkan listrik melimpah dengan kesempatan yang lebih banyak untuk
kehidupannya. PLN juga berusaha memberikan secercah kehidupan di pelosok pulau.
Dimulai dengan setengah hari, namun tak setengah hati dalam melayani pelanggan
diujung negri.
Terimakasih PLN
sudah memberikan pengalaman menakjubkan dari pulau yang baru berlistrik
setengah hari.
Ndao, Pulau Terselatan Indonesia
Kuinjakkan kakiku di pulau paling selatan Indonesia. Dengan
harapan melihat betapa indahnya Indonesia dengan segala keterbatasan listrik. Penuh
harap agar mereka dapat merasakan listrik 24 jam. Tenang ya bapa dan mama,
pasti akan datang waktunya saat kau tak perlu menunggu malam untuk melihat
terang.
Terimakasih Ndao. Segala pengalaman singkat dalam satu malam bersama
mama Mince dan bapa Abet yang sudah menampung kami dengan penuh kasih sayang
dan cinta yang tulus. Yang kadang teramat langka untuk didapat, tapi kalian
mengingatkan kalau suasana polos tanpa menyimpan sesuatu dibelakang masih ada
di jaman sekarang.
Singkat namun penuh makna. Perjalananku melihat terang dikala malam
pulau Ndao memberikan sebuah cerita yang tak singkat. :))
Salam, Asri Vitaloka
No comments:
Post a Comment