Dulu saya kira PLN hanya ada di perkotaan. Tidak
pernah terbayang akan bekerja di daerah yang ternyata masih ada “daerah belum
berlistrik” ataupun menyala sebatas 12 jam/hari. Dan kini saya pun menyaksikan
dan merasakan langsung semenjak bertugas di pulau Rote Ndao.
Mari simak lebih lanjut!
Lima tahun lamanya bergabung dengan
perusahaan PLN, namun tidak menyangka berbagai pengalaman berhasil didapatkan.
Baik itu pengalaman dalam bekerja, berpindah tempat tinggal, dan banyak hal.
Sebagai seorang wanita tentunya menjadi sebuah pengalaman luar biasa untuk
tinggal berpindah-pindah. Pernah mendapatkan pengalaman menjalani on job trainee PLN di Pekanbaru, penempatan di
Kupang, hingga mendapat tanggung jawab sebagai supervisor di ULP Rote Ndao.
Saat ini saya berada di divisi Transaksi
Energi, dimana pekerjaan mengharuskan saya untuk melakukan pengecekan pada
titik-titik transaksi energi. Memastikan pengukuran energi di bagian pembangkit
hingga APP pelanggan berlangsung dengan baik. Entah pelanggan yang berada di
Pulau Rote dan juga Ndao. Saat ini memang untuk supervisor Transaksi Energi di
Area Kupang hanya saya saja yang wanita dan inilah yang kemudian memunculkan
predikat sebagai Pejuang Srikandi. Sebutan tersebut datang dari mantan atasan
saya sewaktu di Kupang. Sebutan pejuang Srikandi memang sederhana namun
memberikan kesan kuat dan semangat yang dapat membuat saya mantap untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban selama di Rote Ndao.
Sekitar dua tahun lalu, saya berkesempatan
untuk mengunjungi Pulau Ndao. Disinilah saya merasakan bahwa sangat bersyukur
dapat menikmati listrik selama perjalanan hidup. Merasakan listrik di saat
siang maupun malam hari.
Untuk pergi ke Ndao kita harus menyebrang
menggunakan kapal penumpang dan berlayar sekitar satu jam lamanya. Pemandangan
yang disuguhkan luar biasa. Pemandangan pantai dengan pasir putih dan birunya
air laut. Mungkin kalau buat travelling akan menyenangkan, tapi rasanya untuk tinggal disana belum tentu anda
betah. Kenapa?
Karena Ndao hanya menyala listrik selama 12
jam.
RASAKAN LISTRIK 12 JAM MENYALA
Saat tinggal di sebuah rumah warga, saya melihat sendiri perbedaan hiruk pikuk kehidupan disana. Saat siang keluarga akan menghabiskan waktu bersama atau sekedar menghabiskan kegiatan dengan hewan piaraan. Tidak ada nonton TV di siang hari. Tidak ada gadget diantara kami. Yah, maklum sinyal di Ndao lumayan parah jika berada ditengah desa.
Dengan segala keterbatasan yang ada, saya
melihat sekilas kehidupan mereka dengan listrik yang terbatas. Listrik menyala
saat matahari mulai tenggelam di jam 6 sore dan kembali menyala saat matahari
mulai menampakan dirinya di jam 6 pagi keesokan hari. Dalam dua hari satu
malam, tanpa sadar saya ikut menjalani kehidupan dimana listrik hanya menyala
12 jam. Bagi saya, itu tidak mudah namun saya rasa bagi mereka itu sudah
menjadi kebiasaan.
Saat bermalam di Pulau Ndao, saya merasakan
langsung kedekatan keluarga mama Since dan bapa Abet. Mereka menghabiskan waktu
bersama saat siang. Ruang tamu mama Since penuh dengan kain tenun. Halaman pun
ada seekor kambing mungil lalu lalang dengan seikat tali yang menjaga. Kemudian
saya merasakan satu momen saat pagi hari. Tiba-tiba mama Since berteriak,”Aduh,
listrik su padam ko? Mama pung nasi belum matang.”.
Ternyata listrik sudah padam lebih dulu satu
jam sebelum waktu yang ditentukan. Sebelum akhirnya menyala kembali beberapa
saat kemudian. Disini saya mulai berpikir. Dijaman lebih banyak orang yang
tinggal dengan listrik menyala 24 jam. Tinggal colok sana, colok sini. Ingin
masak dijam berapa pun tinggal pencet. Mau charge baterai HP tinggal colok.
Ternyata masih ada sebagian orang yang tidak mendapat kemudahan itu.
Tak hanya itu. Di kejauhan terdengar suara
masyarakat sedang mengolah kayu dengan alat sekap. Terbersit sekilas di benak
saya,”Mereka mulai bekerja dari jam berapa?”. Aliran listrik baru menyala di
jam 6 sore, padam kembali di jam 6 pagi. Hmm, apakah ada yang bekerja di malam
hari saat sebagian orang beristirahat?
Bagi PLN mungkin bukan hal mudah dalam menyediakan
listrik hingga pelosok negri, seperti salah satunya Pulau Ndao. Tapi bisa
dikatakan mulai dari secercah cahaya dalam lampu yang menyala di malam hari
dapat mengubah kehidupan banyak orang di Ndao.
Sedikit demi sedikit masyarakat Ndao mulai mengubah
kebiasaannya dari yang tidak memungkinkan melakukan kegiatan dimalam hari
menjadi hal yang biasa. Seperti salah satu pegawai yang pernah bertugas di
Ndao, bernama Willfrid. Dia mengatakan warga Ndao dikala malam hanya dihabiskan
untuk beristirahat karena tidak banyak yang bisa dilakukan. Sungguh berbeda
dengan sekarang. Anak sekolah masih bisa belajar, ibu-ibu bisa menenun lebih
lama, dan bapak-bapak yang sekedar mendengarkan musik menggunakan speaker. Dan
semua kegiatan tidak hanya dilakukan pada siang hari, namun masih dapat
dilakukan pada malam hari.
Sungguh luar biasa. Hal yang terlihat sederhana
bagi orang awam tapi berdampak besar pada kehidupan orang banyak. Disaat saya
mendapatkan penugasan di Pulau Rote tentunya ada sebuah rasa tidak yakin pada
diri untuk dapat tinggal disana. Rasa tidak mampu dalam menjalankan pekerjaan
dan merasa ragu untuk sanggup memberikan pelayanan pada pelanggan. Namun
kenyataan tidak seperti itu.
Tentu saja saya buka satu-satunya wanita yang berada di dalam perusahaan PLN dan sedang berjuang dalam menjalankan tugas serta kewajiban di ujung negri. Sebagai sesama wanita yang sedang sama-sama berusaha melalui tulisan ini saya ingin memberikan rasa penguatan satu sama lain.
TETAP PERCAYA PADA DIRI SENDIRI
Sudah hampir dua tahun berada di
sebuah pulau dan mengemban sebagai supervisor Transaksi Energi. Setiap hari
berlangsung dan dijalani dengan baik. Walaupun mengelak untuk percaya akan bisa
menjalani di awal penempatan, ternyata malah berbuah hasil yang baik. Hanya
perlu berbekal yakin dan menikmati setiap perjalanan yang ada. Nyatanya hanya
karena penempatan di Rote, saya dapat melihat “daerah belum berlistrik” atau
pulau Ndao yang menyala 12 jam. Sebuah pengalaman yang belum tentu saya
dapatkan jika berada di tempat lain.
TIDAK KERJA SENDIRI, TAPI SATU
TIM
Kita tidaklah sendirian. Sebagai
seorang wanita, tentunya ada beberapa pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan
sendirian. Selama bekerja akan ada bapak/ibu di sekitar kita untuk saling
mendukung dalam sebuah tim kerja.
PELANGGAN MENANTI ANDA
Pelanggan menunggu kehadiran kita
sebagai perwakilan PLN. Siapa yang membayangkan kita dapat turut melayani
pelanggan hingga Pulau Ndao. Pelanggan menanti kita untuk dapat melayani
mereka, seperti sekedar membuat aliran listrik sampai di rumah mereka, membuat
terang rumah mereka, hingga akhirnya mereka mendapatkan kehidupan yang lebih
baik melalui listrik di rumah mereka. Dari sebuah penerangan akhirnya
menciptakan sebuah kesempatan untuk membuat hidup yang lebih baik.
Dalam tulisan ini saya menyadari bahwa listrik tidak sekedar memberikan terang di kala malam, namun seakan memberikan kesempatan & harapan baru yang lebih baik bagi mereka yang tinggal di ujung pulau. Tak hanya itu, sebagai wanita yang awalnya tak percaya dapat mengemban tugas di pelosok pulau kini saya merasa.
Disaat yakin pada diri sendiri, percaya bahwa kita
berada dalam satu team, dan menyadari ada pelanggan yang menanti pengabdian
kita maka pasti dapat melewatinya dengan baik.
Salam dari pejuang Srikandi di ujung pulau selatan Indonesia
| Asri Vitaloka
No comments:
Post a Comment