Hei, let’s talk about lousing someone. Hanya ingin
berharap, satu diantara kalian yang sedang membaca tulisan ini akhirnya
menemukan dan menyadari cara menangani sebuah kehilangan. Tak seperti
kehilangan barang, kehilangan seseorang menjadi hal yang berbeda. Pada
akhirnya, kusadari when you get a periode for a lousing someone maka yang bisa
kau lakukan hanya menunggu. Memberi ruang dan waktu hingga dirimu kembali
terbiasa.
Let’s get some advice! Tinggal sendirian di sebuah
kota asing, untuk fokus bekerja, dan hanya ditemani oleh kawan-kawan tanpa pasangan
bahkan keluarga dekat. Kau akan mendapati dirimu kembali memikirkan banyak hal.
Hal-hal yang tidak pernah terpikir disaat kau sedang berada di keramaian.
Hai, Friends!
Dulu,
paling menyakitkan adalah kehilangan barang. Barang kesayangan. Namun, semakin
dewasa semakin merasa barang hanyalah barang. Tapi, berbeda rasa jika itu mengenai
seseorang. Orang-orang yang berada disekitarmu. Memberikanmu dukungan bahkan
melebihi keluarga dekatmu. Sebut saja seseorang atau banyak orang yang dikenal
dengan sahabat.
Kuingat
semasa ikut konser di pulau Bali dan kudapati bahwa seseorang terdekat. Begitu
dekat. Telah berpulang dan sudah tidak berada di ruang serta masa yang sama. Saking
frustasinya, hingga aku berharap bisa mengirimkan pesan di whatsapp dengan berharap ia dapat membacanya.
Tapi, tentu saja itu tak bisa.
Hingga aku tiba di pemikiran. Aku menerima segala
perpisahan dengan rekan, teman, sahabat. Menjadi asing lebih dapat diterima dibandingkan
harus berpisah, tidak bisa berjumpa atau melihatnya kembali di masa serta ruang
yang sama. Nice to ever know you before.
Hai, You.
Ada
pribadi-pribadi yang kurang mendapatkan cinta dari dalam rumahnya. Merasakan rasa
cinta kasih dari orang luar. Begitu asing, namun menjadi dekat hanya dari
perasaan suka dan rasa menginginkan lebih. Berharap menjalin sebuah hubungan
jangka panjang. Tapi berakhir dengan sebuah keputusan,”tidak bisa bersama”.
Ada perpisahan. Ada yang disengaja. Ada yang untuk kebaikan.
Tidak punya kekuatan dan momen untuk mengatur bahwa perpisahan harus terjadi. Masih
dalam dunia yang sama, hanya telah selesai tugas dan tanggung jawabnya dalam
menjalani kisah bersama. Ada.
Hai, Ex Boyfriend.
Sebagai wanita yang pernah merasa belum pantas untuk mendapatkan kehidupan lebih lanjut selayaknya wanita. Kuputuskan untuk menjalani kisah cinta dan suka cita dengan rasa yang dalam tapi tidak begitu dalam. Hingga akhirnya waktu berjalan lambat namun pasti. Meninggalkan banyak kenangan hampir empat tahun dalam jalinan yang disebut sepasang kekasih. Kembali harus merasakan perpisahan lagi. Berharap tak meninggalkan luka, justru banyak memberi pelajaran.
Dalam sebuah mimpi dan angan, berharap sebuah kisah
dongeng berakhir dengan cinta kasih tulus dan dukungan penuh dari semesta.
Berakhir dengan menjadi asing. Bahkan tidak sudi untuk menjawab sekedar
pertanyaan. Menolak berjumpa dalam bentuk kesempatan apapun.
Tapi, satu yang kusyukuri. Kusyukuri masih berada
dalam ruang dan dimensi yang sama. Walau, berbeda lokasi. Dan tidak pernah
terbayang akan dapat berjumpa.
So, What You Get?
Tidak
akan berjumpa jika bukan saatnya. Tidak akan berpisah jika belum selesai
pertemuannya. Semua momen kehilangan seseorang mengajarkan bahwa tak semua yang
direncanakan akan sesuai di kemudian hari. Bahkan seyakin apa pun dirimu.
Pernah kurasakan sendiri, juga pernah kudengarkan kisahnya. Tak paham akan
sesakit apa kehilangan seseorang. Hingga tiba waktunya. Kau hanya bisa terobati
oleh waktu dan bantuan dirimu sendiri.
Kusapa dengan hangat. Beberapa orang yang mungkin
sampai di tulisanku hari ini. Dari aku yang tak suka perpisahan. Namun justru
dikuatkan dengan banyaknya perpisahan. Kuatlah wahai dirimu, kawan-kawanku yang
pernah kenal denganku. Atau sekedar orang asing yang membaca tulisanku.
Dirimu kuat, bahkan melebihi ekspetasimu. Pernah ada orang
yang menceritakan kisah kehilangannya. Begitu sakit. Hanya kini menjadi kuat,
tetap kuat dengan segala perjuangan. Tak jarang menjadi kuat sama dengan hidup
bersama trauma. Membuat pagar tinggi untuk sekitar hingga tak mampu masuk kedalamnya.
Tapi, percayalah. Pintu hati akan kembali terbuka untuk momen dan orang tepat. Tidak pernah menjadi untuk waktu yang tidak terbatas. Hanya nikmatilah waktu terbaik dan hiduplah di masa kini.
What Else?
Ada
pertemuan, ada perpisahan. Semua bentuk cinta baik dalam cinta kasih kepada
sahabat atau kekasih hati. Semua bentuk cinta yang pernah hadir dan menghilang
dengan cepat. Ada juga rasa yang sempat hilang dan kemudian disadari masih
tersimpan dengan rapat. Berada didalam lubuk hati, hingga terkuak dalam sebuah
momen hening dan kesadaran hati yang penuh.
Ada seseorang yang tinggal. Dari masa lalu. Pernah
menjadi seseorang yang spesial. Berpisah oleh kesempatan. Dan belum diberi
kesempatan untuk bisa memberi rasa lebih layak. Pernah berkeinginan untuk
bersama. Hingga akhirnya puas untuk saat sekilas yang hanya pernah memberi kabar.
Hai, kamu yang tanpa sadar mengupayakan memberi saran.
Mengupayakan memberi bantuan. Tanpa sadar memberi saran dan pesan disaat yang dibutuhkan.
Thankyou | Asri Vitaloka.
Jangan lewatkan satu tulisanku sebelumnya berjudul,"Counting Down for 32 Years Old"!
No comments:
Post a Comment