Tuesday, July 23, 2024

LOUSING SOMEONE

Hei, let’s talk about lousing someone. Hanya ingin berharap, satu diantara kalian yang sedang membaca tulisan ini akhirnya menemukan dan menyadari cara menangani sebuah kehilangan. Tak seperti kehilangan barang, kehilangan seseorang menjadi hal yang berbeda. Pada akhirnya, kusadari when you get a periode for a lousing someone maka yang bisa kau lakukan hanya menunggu. Memberi ruang dan waktu hingga dirimu kembali terbiasa.

Let’s get some advice! Tinggal sendirian di sebuah kota asing, untuk fokus bekerja, dan hanya ditemani oleh kawan-kawan tanpa pasangan bahkan keluarga dekat. Kau akan mendapati dirimu kembali memikirkan banyak hal. Hal-hal yang tidak pernah terpikir disaat kau sedang berada di keramaian.

Hai, Friends!

Dulu, paling menyakitkan adalah kehilangan barang. Barang kesayangan. Namun, semakin dewasa semakin merasa barang hanyalah barang. Tapi, berbeda rasa jika itu mengenai seseorang. Orang-orang yang berada disekitarmu. Memberikanmu dukungan bahkan melebihi keluarga dekatmu. Sebut saja seseorang atau banyak orang yang dikenal dengan sahabat.

Kuingat semasa ikut konser di pulau Bali dan kudapati bahwa seseorang terdekat. Begitu dekat. Telah berpulang dan sudah tidak berada di ruang serta masa yang sama. Saking frustasinya, hingga aku berharap bisa mengirimkan pesan di whatsapp dengan berharap ia dapat membacanya. Tapi, tentu saja itu tak bisa.

Hingga aku tiba di pemikiran. Aku menerima segala perpisahan dengan rekan, teman, sahabat. Menjadi asing lebih dapat diterima dibandingkan harus berpisah, tidak bisa berjumpa atau melihatnya kembali di masa serta ruang yang sama. Nice to ever know you before.

Hai, You.

Ada pribadi-pribadi yang kurang mendapatkan cinta dari dalam rumahnya. Merasakan rasa cinta kasih dari orang luar. Begitu asing, namun menjadi dekat hanya dari perasaan suka dan rasa menginginkan lebih. Berharap menjalin sebuah hubungan jangka panjang. Tapi berakhir dengan sebuah keputusan,”tidak bisa bersama”.

Ada perpisahan. Ada yang disengaja. Ada yang untuk kebaikan. Tidak punya kekuatan dan momen untuk mengatur bahwa perpisahan harus terjadi. Masih dalam dunia yang sama, hanya telah selesai tugas dan tanggung jawabnya dalam menjalani kisah bersama. Ada.

Hai, Ex Boyfriend.

Sebagai wanita yang pernah merasa belum pantas untuk mendapatkan kehidupan lebih lanjut selayaknya wanita. Kuputuskan untuk menjalani kisah cinta dan suka cita dengan rasa yang dalam tapi tidak begitu dalam. Hingga akhirnya waktu berjalan lambat namun pasti. Meninggalkan banyak kenangan hampir empat tahun dalam jalinan yang disebut sepasang kekasih. Kembali harus merasakan perpisahan lagi. Berharap tak meninggalkan luka, justru banyak memberi pelajaran.

Dalam sebuah mimpi dan angan, berharap sebuah kisah dongeng berakhir dengan cinta kasih tulus dan dukungan penuh dari semesta. Berakhir dengan menjadi asing. Bahkan tidak sudi untuk menjawab sekedar pertanyaan. Menolak berjumpa dalam bentuk kesempatan apapun.

Tapi, satu yang kusyukuri. Kusyukuri masih berada dalam ruang dan dimensi yang sama. Walau, berbeda lokasi. Dan tidak pernah terbayang akan dapat berjumpa.

So, What You Get?

Tidak akan berjumpa jika bukan saatnya. Tidak akan berpisah jika belum selesai pertemuannya. Semua momen kehilangan seseorang mengajarkan bahwa tak semua yang direncanakan akan sesuai di kemudian hari. Bahkan seyakin apa pun dirimu. Pernah kurasakan sendiri, juga pernah kudengarkan kisahnya. Tak paham akan sesakit apa kehilangan seseorang. Hingga tiba waktunya. Kau hanya bisa terobati oleh waktu dan bantuan dirimu sendiri.

Kusapa dengan hangat. Beberapa orang yang mungkin sampai di tulisanku hari ini. Dari aku yang tak suka perpisahan. Namun justru dikuatkan dengan banyaknya perpisahan. Kuatlah wahai dirimu, kawan-kawanku yang pernah kenal denganku. Atau sekedar orang asing yang membaca tulisanku.

Dirimu kuat, bahkan melebihi ekspetasimu. Pernah ada orang yang menceritakan kisah kehilangannya. Begitu sakit. Hanya kini menjadi kuat, tetap kuat dengan segala perjuangan. Tak jarang menjadi kuat sama dengan hidup bersama trauma. Membuat pagar tinggi untuk sekitar hingga tak mampu masuk kedalamnya.

Tapi, percayalah. Pintu hati akan kembali terbuka untuk momen dan orang tepat. Tidak pernah menjadi untuk waktu yang tidak terbatas. Hanya nikmatilah waktu terbaik dan hiduplah di masa kini.

What Else?

Ada pertemuan, ada perpisahan. Semua bentuk cinta baik dalam cinta kasih kepada sahabat atau kekasih hati. Semua bentuk cinta yang pernah hadir dan menghilang dengan cepat. Ada juga rasa yang sempat hilang dan kemudian disadari masih tersimpan dengan rapat. Berada didalam lubuk hati, hingga terkuak dalam sebuah momen hening dan kesadaran hati yang penuh.

Ada seseorang yang tinggal. Dari masa lalu. Pernah menjadi seseorang yang spesial. Berpisah oleh kesempatan. Dan belum diberi kesempatan untuk bisa memberi rasa lebih layak. Pernah berkeinginan untuk bersama. Hingga akhirnya puas untuk saat sekilas yang hanya pernah memberi kabar.

Hai, kamu yang tanpa sadar mengupayakan memberi saran. Mengupayakan memberi bantuan. Tanpa sadar memberi saran dan pesan disaat yang dibutuhkan.

Thankyou | Asri Vitaloka.

Jangan lewatkan satu tulisanku sebelumnya berjudul,"Counting Down for 32 Years Old"!

No comments:

Post a Comment