Belakangan ada hal-hal yang akhirnya berhasil aku
pikirkan ditengah sekian banyak pikiran yang terkuras dan energi yang habis
digerogoti oleh pekerjaan serta masalah hati. Baru mulai aja sudah bawa hati
ya?
Kesempatan lalu, aku berhasil mendapatkan sebuah
jadwal pelatihan di rumah. Ya, di Lombok. Akhirnya, ini kali kesekian aku dinas
dan bisa pulang. Berjumpa satu dua kali dengan bapak dan mama. Dan terakhir, bahkan
berjumpa dengan mantan. Kadang lucu dan lawak ya jalan hidup. Terlepas dari
hepticnya mood swing dengan mantan. Aku ingin menuliskan beberapa hal yang
kurasa penting saat berbicara berdua dengan bapak.
Semua Menua Dengan Indah
Kulihat
mata lelah bapak di bawah cahaya lampu saat malam itu. Bahkan tak terlihat
dikala terang. Hingga akhirnya aku bisa melihat dengan jelas justru disaat
berbicara dengan beliau di kala malam saat berada dirumah. Beliau menua dengan
indah. Aku tahu banyak yang mungkin berjalan tak sesuai dengan keinginannya,
namun beliau bertahan.
Di
kesempatan lalu, aku pun sempat merasa akan kehabisan waktu. Berdiri sendiri
tanpa pasangan dan keluarga disekitar. Merasakan waktu seakan terhimpit dan mulai
menunjukkan ujungnya, padahal sesungguhnya tidak. Mulai kutelaah apa yang sudah
kulakukan dan apa yang belum sempat kulakukan. Hingga akhirnya kurasakan setiap
perjalanan orang berbeda dengan segala ego, pilihan prioritasnya, dan juga
jalan hidupnya.
Dengan setiap detik waktu yang tidak dapat mundur, maka dipastikan akan ada orang yang hanya bisa melihat kembali ke masa lalu namun tak dapat kembali. Berupaya bahagia dan menjalani sisa hari serta waktunya dengan sepenuh hati. Apapun yang terjadi.
Kenangan Membawa Ingatan Akan Rindu
Sepanjang
perjalanan menuju bandara, tak kusangka bapak menceritakan beberapa kisah masa
kecilku. Dimana aku hanya anak kecil pertamanya dengan segala kebahagiaan yang
masih diingatnya. Beliau mulai menceritakan bagaimana anak kecil itu berupaya
mencari perhatian kedua orang tuanya. Juga mengingat bagaimana kenakalanku
waktu itu. Dan hal detail lainnya.
Entah
kenapa, akupun menyadari. Jauh sebelum usiaku saat ini, aku hidup dengan segala
penerawangan ke masa depan. Apa yang akan aku lakukan? Apa yang aku lewatkan? Dan
apa yang harus kupersiapkan? Tak disangka, aku melupakan apa yang saat ini
sedang kurasakan? Dimana dan bersama siapa aku saat ini? Hingga tak terasa
hanya sedikit kenangan yang dirasakan pada momennya.
Kenangan membawa ingatan akan rindu pada saat itu. Tak
dapat kembali. Dengan segala keterbatasan ingatan manusia, aku berterimakasih
pada foto-foto yang menahan momen tersebut. Terimakasih segala kenangan yang
sudah diberikan bapak, anakmu sangat rindu & mengangumimu.
Keluarga & Orang Terdekat.
Tak
sekali bapak mengatakan,”Iya juga ya, kamu ngapain juga pulang kerumah”. Aku
tau, ditengah keinginannya untuk melihat anaknya pulang. Bapakku tahu bahwa
perjuanganku belum selesai. Lebih indah berjauhan dengan segala kedamaian dan
keleluasaan yang bisa kulakukan. Bukannya tak ingin pulang, aku berharap masih
diberikan waktu untuk bergerak lebih luas.
Di tempat
perantauan, kudapati diriku menemukan beragam orang yang tak kujumpai jika
berada di rumah. Merasakan diriku mendapati emosi lebih dekat daripada
keluarga. Beberapa pernah menjadi pasangan dan sisanya menjadi sahabat yang
sangat dekat.
Ditengah pencarianku untuk merasakan arti sebuah
keluarga. Akhirnya kudapati diriku menyadari bahwa ada hati lain yang pernah
singgah dan seakan berupaya mengambil tempat kembali. Si jauh namun orang
terdekat, thankyou.
So, What is Important For You?
Hingga
saat ini aku mungkin masih mencari apa yang penting. Pernah kudapati diriku
begitu lelah menjalani dunia pekerjaan. Hingga banyak orang merasa aku sangat
fokus dan terobsesi. Tapi, tidak. Aku hanya menjalani secara maksimal apapun
yang ada didepanku. Termasuk pekerjaanku saat ini.
Ditengah
segala kelelahan hati dan pikiran terhadap pekerjaan, orang terdekat, dan
keluarga kudapati apa yang penting bagiku. Yaitu diriku sendiri. Dengan segala
waktu yang terus berjalan, kenangan baik buruk yang berjalanan beriringan,
serta keluarga dan orang silih berganti menjadi orang terdekat maka kuputuskan
untuk menyelesaikan diriku sendiri lebih dahulu.
Kemudian ringanlah dalam menjalani hidup. Lakukan
apapun keinginanmu. Cukupkanlah dirimu, hingga kau siap untuk memberikan
kebahagian bagi orang lainnya. Ini bukan tentang materi, bukan tentang karir,
dan pendidikan. Bisa saja ini tentang kesiapan, ketenangan hati, dan
keikhlasan. Ikhlas dalam menjalani apapun yang tidak terlihat ujungnya.
Thankyou | Asri Vitaloka.
No comments:
Post a Comment