Sesuatu yang
selalu dipercaya belakangan. Setiap orang memiliki intuisi dan sensitifitas
yang berbeda. Aku percaya pada mimpiku. Percaya pada setiap momen film yang
memberikan kata-kata serta kalimat yang sangat relate dengan keadaan. Hingga
belakangan, kuputuskan untuk menuliskan beberapa hal. Lima hal yang kucoba
tuangkan sebentar lagi.
Sebelum lanjut ya.
Aku cukup excited dengan usia yang bertambah. Metabolisme yang melambat, badan
yang lebih susah dijaga, dan sakit badan serta lupa-lupa anak muda juga mulai
terjadi. Dan entah kenapa, aku suka menjadi tua. Melihat segala perubahan dan
siap menyatakan,”Aku sudah merasakan asam manis kehidupan”. Walaupun belum juga
menyentuh usia 33 tahun.
Masalahnya
bukan tinggal dimana, namun bersama siapa.
Sudah lama aku tinggal jauh merantau di Nusa Tenggara Timur.
Kudapati rumahku mulai berpindah. Kucari rumah berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya. Hingga kusadari, masalahnya bukan tempat bertinggal. Namun bersama
siapa waktu dihabiskan. Kusesali bahwa, tidak pernah sadar akan setiap momen
dan peristiwa selalu memiliki batas waktu.
Hingga kudapati,
aku pernah menyadari bahwa setiap hidupku seakan memiliki periode tertentu.
Dengan setiap periode seakan episode dalam sebuah film. Dimana peran datang dan
pergi, tergantung kisah yang akan diceritakan. Yang kusesali kembali, tidak
mudah merasakan saat ini dan kini. Seakan berlari walaupun tidak bergerak. Mencoba
mencari sesuatu diluar. Namun lupa untuk melihat sekitar.
So, sorry. Bagi
sekitarku yang terlupa kuperhatikan. Setiap orang hanya berupaya bertahan
dengan setiap peristiwa yang diciptakan oleh pikiran, ucapan dan perilakunya.
Pernah kudapati diriku sangat susah mendapatkan banyak hal.
Hingga kupikir,”Ah, paling tidak dapat juga”. Kemudian, kembali ke masa dimana
sekitarku menyebutkan apapun yang kuinginkan kembali kudapatkan. Semudah itu?
Atau sepercaya itu?
Kusapa kembali kedalam
diriku untuk melihat apa yang diijinkan untuk datang dan apa yang dijauhkan
dengan sangat mudah. Diri sendiri hanya bisa melihat masa lalu dan masa kini.
Bahkan sedetik kemudian hanya akan diketahui jika kita sudah melewatinya. Kemudian
kupercayai satu hal,”Jangan memaksa sesuatu yang tidak datang dan terima dengan
Ikhlas apa yang datang”.
Dengan berpikir
seperti itu, ditengah semua orang ingin mendapatkan semuanya maka jalan hidupmu
akan lebih ringan. Tidak mendapatkan semuanya, namun kau membutuhkan apa yang
dibutuhkan.
Semurni apapun hubunganmu dengan orang lain, ini mengenai transaksi entah mengenai material dan non-material.
Jika kita kembali ke masa anak kecil, sekolah, dan belum memikirkan
adult things. Kudapatkan bahwa sepolosnya anak kecil yang berteman
dengan sekitarnya. Polos, sederhana, dan tidak menginginkan sesuatu dengan
mengupayakan cara politik apapun. Berbeda dengan seorang wanita, belum menikah,
dan kini berusia diatas 30 tahun. Semua tidak pernah mudah.
Mungkin harus dihilangkan perihal gender. Tapi, tetap dengan
pemahaman setiap kebaikan akan dianggap ada makna terkandung didalamnya. Tidak
pernah polos dan selalu mengenai transaksi. Terkadang bukan transaksi, namun
bagaimana mendapatkan keuntungan.
Kupastikan jika
diriku tidak dapat kembali sepolos itu, maka kudapati diriku berjumpa dengan
orang yang dapat mendukungku. Dan akan kuupayakan untuk mendukung kembali. Jika
pun hubungan kami bukan keluarga ataupun pasangan, namun kuhargai dengan sangat
hubungan pertemanan yang luar biasa. Thankyou.
Percaya ngga? Setiap kekurangan akan sangat mudah terlihat. Dan
setiap kelebihan terkadang susah juga untuk diterima orang lain. Kupikirkan
dengan sangat, kenapa ada kelebihan dan kekurangan yang membuat masalah. Tidak
pernah terlintas jawaban yang benar-benar pas, hingga akhirnya kudapati sebuah insight,”Bahwa
mungkin kamu belum sampai”.
Sebuah perjalanan
yang tidak ada habisnya. Pernahkah sadar kapan akan sampai? Apakah sebuah
kehidupan akan tiba dimana kematian akan datang? Atau apa?
Tapi, satu yang
kupercaya jika sekitarmu belum sesuai dan selalu terasa salah maka kamu belum
sampai di tujuanmu. Ini bukan tentang lokasi, dan juga tentang orang-orang.
Tujuanmu bisa saja lebih besar daripada yang dapat dibayangkan. Ini semua
tentang takdir Tuhan.
Bahkan benda paling tidak terlihat mungkin seakan tidak
memiliki peran. Tapi, sampai berwujud maka ada maksud dan tujuannya. Bahkan
lebah punya peran. Dan sebut lagi yang lainnya. Apalagi dirimu. Seorang human.
Hanya saja, bener juga sih. Kalau bisa disampaikan dari orang
paling toxic diantero dunia. Diri kita hanya kecil dan pusat semesta
tidak selalu mengenai dirimu. Entah kenapa aku tidak percaya. Bagi seorang NPD mungkin
dirinya selalu menjadi pusat semesta. Terlepas dari NPD atau tidak, percayalah
dirimu adalah seseorang yang mampu menarik pusat semesta dan mampu menciptakan
apapun. Tergantung tingkat kepercayaan dirimu.
Sekecil apapun
dirimu melihat diri sendiri. Yah, jangan dipercaya sepenuhnya. Kecil bagi
universe, tapi tidak membuat universe melupakanmu. Terkadang ada momen disaat
waktu menunggu (mungkin semesta sedang mempersiapkan hal besar) dan kadang ada
momen memanen (seakan semua terjadi seperti seharusnya). Cukup sadari, dirimu
sedang berada ditahap yang mana.
Jadi, bukannya
kecil loh ya. Peran besarmu sedang menunggu. Kamu cukup menjalaninya, terkadang
berupaya mencari terlebih dahulu. Done. That’s sebuah tulisan di sore hari di
Waingapu.
Jangan lewatkan “NARA”.
With love, Asri Vitaloka.
No comments:
Post a Comment