Aku lagi duduk di Es Teh Indonesia dan berharap bisa mengerjakan proposal thesis. Namun, bukannya bisa mengerjakannya, aku malah terpikir untuk bisa menuliskan sesuatu. Pertanyaan yang kadang ditanyakan orang lain. Baik ditanyakan secara langsung atau kudengar dari orang lain.
Terakhir tadi
malam ada sebuah pertanyaan,”Kota mana yang paling ingin untuk kamu
tinggalin?”. Dan ternyata pertanyaannya sulit ya. Aku coba berikan beberapa
pertanyaan yang sering muncul di hidupku belakangan. Atau sekedar menjadi
pertanyaan bagi diriku. Mungkin terkesan seperti memberitahu dunia tentang hal
yang seharusnya private. Namun, bagiku ini sebagai pengurai apakah jawabanku
sudah menuju ke hal tepat yang paling kuinginkan dalam hidup.
Mari kita coba
mulai.
Anak
yang baik? Atau Kepala Keluarga yang baik?
Aku pernah mendengar kata-kata ini. Dan menjadi seorang laki
laki ternyata tidak mudah untuk berada dalam pilihan menjadi anak yang baik.
Jika terlalu dominan maka kau akan menjadi anak. Tapi, jika kesempatan menjadi
kepala keluarga diberikan maka itu adalah hal utama yang harus difokuskan.
Tidak bisa
dijadikan dalam satu pilihan karena tidak apple to apple. Herannya sering
terjadi dalam dimensi waktu yang sama (seakan sama) padahal sesungguhnya tidak.
Berjalan seiringan dan terpisah. Kuharap kudapati seseorang yang tidak bingung
dalam menentukan posisi serta menerima tanggung jawabnya dalam level dan
kualitas selanjutnya.
Kota
Indah mana yang paling ingin ditinggali?
Kalau keuangan sudah tidak menjadi masalah. Mungkin kupilih
Rote sebagai tempat tinggal. Haha. Sebagai seseorang yang tidak berupaya
mencari yang paling baik namun cukup, kudapati diriku sudah cukup dengan pulau.
Tentu tidak semua memiliki jawaban yang sama.
Tapi ini bukan
tentang kota, namun tentang siapa yang berada di kota tersebut. Aku pernah
tinggal di kota besar, kota sedang, dan pulau sekalipun. Semakin sedikit
ketersediaan yang ada di sekitar, keinginanmu semakin terbatas dengan
menurunkan ekspektasi dan ternyata cukup.
Ingin
kusapa lebih dulu, partner of my life? Sudah selesai pencariannya?
Aku sungguh penasaran dengan partner hidup yang bisa berbagi
rasa, suka dan duka bersama. Bukan hanya untuk menjawab pertanayaan kapan
menikah, kapan punya anak, dan kapan meninggal? Eh. Tapi memiliki pasangan yang
bebannya adalah pilihanku. Keberadaanku adalah penyemangat dan tantangannya. Dan
tidak berpikir untuk berpindah, walaupun lelah dan muak bersama.
Ada yang bisa
berbagi berdua dalam cinta kasih dengan segala suka, duka, dan murka. Tidak ada
pelanggi sebelum merasakan badai minimal hujan? Tidak pernah terang benderang,
jika tak merasakan panas. Aku sungguh penasaran bersama siapa waktu akan
dihabiskan. Dalam menjalani hidup berdua dengan anak sebagai bonus (jika
diinjinkan).
Datanglah dengan pelan
namun pasti. Seharusnya tidak rumit dan sulit jalannya. Jikapun terlalu rumit,
maka bukan ini jalannya. Jika terlalu ragu, maka bukan dia orangnya. Kupastikan
hatiku memilih diriku, dan dirinya sebagai hal indah tambahan. Dan semoga bisa
saling menemani dan memberi dengan seimbang.
Sesungguhnya
aku tak suka Bandara, ada yang sama?
Berpindah terus dari satu lokasi ke lokasi baru, hingga
kembali menggulangi. Yak, itu Sumba dan Rote. Kukira hanya pilihan makanan dan
minuman saja yang kuulangi hingga dua kali. Bahkan semesta pun memberikan
tempat tinggal yang tidak beragam.
Kok ga suka
bandara? Karena disitu adalah tempat meninggalkan tempat. Baik yang disuka atau
tidak. Jika melibatkan sebuah rasa untuk meninggalkan seseorang atau menjadi
yang ditinggalkan. Ini bahkan lebih sulit.
Kenapa
tidak suka pulang ke rumah? Ada yang buat resah?
Aku benci perasaan terikat dengan orang tua. Kudapati diriku
bisa ditinggalkan oleh mereka. Dan aku memilih untuk tidak terikat. Sesekali
kembali dan akhirnya melihat mereka semakin tua. Aku semakin kuat. Ingin
bertukar atau mengulang waktu adalah sesuatu yang mustahil. Kudoakan selalu
yang terbaik bagi mereka.
Sebagai seorang
anak yang ingin membuat banyak orang tua Bahagia, sehat, dan berkecukupan.
Tapi, didalam pikiranku serasa tak paham harus mulai dari mana. Bagaimana membuatnya
serasa cukup tanpa mengorbankan apa yang kuinginkan. Tetaplah sehat, kuatlah
sepanjang kau inginkan. Wahai, orang tuaku.
Maka, janganlah mengeluhkan pilihan orang lain. Selalu ada alasan dan latar belakang dari pemilihan dia menjalani hidupnya saat ini. Tidak pernah salah, semua orang hanya berproses di jalan yang berbeda.
Thankyou sudah
menyempatkan diri membaca sampai habis. Jangan lewatkan tulisanku “Me-Nyepi”
yang ditulis saat momen Nyepi namun ini bukan tentang hari raya Nyepi. Aku suka
menulis, menjadi sebuah warisan indah, berkesan dan murah. Tidak lekang oleh
waktu. Dan seseorang diluar sana (salah satunya kamu) bisa mengenal aku melalui
tulisanku.
With love, Asri Vitaloka.
No comments:
Post a Comment